Studi menunjukkan bahwa orang yang makan ikan secara teratur mungkin memiliki resiko yang lebih rendah untuk dapat terjangkit penyakit
Alzheimer. Orang tua yang makan ikan panggang atau kukus setidaknya sekali seminggu dapat meningkatkan kesehatan otak mereka. Dalam sebuah studi baru, scan pencitraan menunjukkan bahwa orang yang mengkonsumsi ikan secara teratur cenderung memiliki lebih sedikit sel-sel otak mati di area otak yang bertanggung jawab untuk mengingat memori jangka pendek. Misalnya, untuk mengingat nomor telepon yang baru saja didengar.
“Dan orang-orang yang mengkonsumsi ikan, baik panggang ataupun kukus secara mingguan dan tidak kehilangan sel-sel otak memiliki kemungkinan yang sangat rendah untuk bisa terserang penyakit Alzheimer, atau gangguan mental ringan.” Kata Cyrus Raji, MD, PhD, dari University of Pittsburgh School of Medicine seperti dilansir dari WebMD.
Beberapa studi telah mengaitkan, sebuah diet yang kaya akan ikan dengan berkurangnya resiko terserang penyakit Alzheimer
. Manfaat ini diduga berasal dari asam lemak omega 3 yang terkandung dalam ikan. Meskipun penelitian dari suplemen minyak ikan memiliki hasil yang mengecewakan terhadap orang-orang yang sudah terjangkit penyakit Alzheimer.
“studi baru ini adalah yang pertama untuk membangun hubungan langsung antara mengkonsumsi ikan, struktur otak, dan resiko penyakit Alzheimer,” kata Raji. “lebih banyak ikan, lebih banyak otak, sedikit Alzheimer.” Kata Raji pada WebMD. Raji mempresentasikan temuannya disini, di pertemuan tahunan Radiological Society of North America.
Sebanyak 5,1 juta warga Amerika mungkin memiliki penyakit Alzheimer, sebuah penyakit yang tidak bisa disembuhkan, sebuah penyakit progresif otak yang perlahan menghancurkan ingatan. Orang-orang dengan gangguan mental ringan memiliki kehilangan memori lebih besar dari yang diharapkan pada penuaan normal, tetapi pada tingkat yang lebih rendah daripada Alzheimer.
Penelitian ini melibatkan 260 orang, dengan usia rata-rata 71 tahun, yang tidak memiliki masalah dengan ingatan pada 1989-1990. Semua peserta mengisi kuesionair yang menanyakan berapa banyak ikan yang mereka makan, dan bagaimana mereka mempersiapkannya. Ada 164 orang yang makan ikan setidaknya mingguan. Kebanyakan dari merekan makan ikan 1-4 kali seminggu.
Scan pencitraan otak diambil pada awal studi dan rata-rata sekitar tujuh tahun kemudian. “apa yang kami temukan,” kata Raji, “jika anda tidak makan ikan, sel-sel otak akan mati, dan penyakit Alzheimer akan berkembang hingga 47% atau gangguan ringan selama lima tahun ke depan.”
Di sisi lain, hanya 3% orang yang makan ikan setiap minggu dan sel-sel otak orang tersebut telah terlindungi dari penyakit Alzheimer atau gangguan ringan.
Para peneliti mencoba untuk memperhitungkan faktor risiko lain pada hilangnya ingatan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian, termasuk usia, jenis kelamin, pendidikan, obesitas, dan aktivitas fisik. Namun, hasil penelitian yang menyatakan hubungan keterkaitan antara ikan, volume otak, dan demensia adalah tetap, tidak berubah. Tapi, adalah mungkin bahwa faktor gaya hidup lainnya, seperti makan sedikit daging, bisa juga memberikan kontribusi kepada hubungan keterkaitan antara mengkonsumsi ikan dan kesehatan otak.
William Thies, PhD, kepala dari petugas medis dan ilmiah Asosiasi Alzheimer, mengatakan temuan itu mendukung rekomendasi kelompok untuk makan diet yang kaya akan ikan air dingin yang mengandung asam lemak omega-3 yang bermanfaat. Ikan ini termasuk ikan halibut, makarel, salmon, trout, dan tuna. "Tapi itu masih belum jelas berapa banyak ikan yang harus [dimakan] memiliki manfaat terdeteksi," katanya pada WebMD.
Tidak semua ikan itu sehat, kata Raji. Beberapa ikan mengandung racun yang bisa meningkatkan risiko demensia. Dan ikan goreng tidak memiliki manfaat untuk melestarikan memori, katanya. Environmental Protection Agency merekomendasikan bahwa wanita hamil, ibu menyusui, dan anak-anak menghindari makan ikan hiu, swordfish, king mackerel, atau tilefish dan membatasi tuna albacore sampai 6 ons per minggu karena kekhawatiran tentang tingkat merkuri yang terkamdung di dalam ikan ini.
Temuan ini dipresentasikan pada sebuah konferensi medis. Temuan ini harus dianggap sebagai awal karena temuan ini belum menjalani "
peer review" proses, di mana para ahli di luar meneliti data sebelum dipublikasikan ke dalam sebuah jurnal medis.
sumber: klikdokter(dot)com