Sulit Dideteksi
Penyakit diabetes melitus (DM) atau akrab disebut kencing manis yang pada khususnya Diabetes Melitus tipe 2 yang bukan faktor keturunan, kini tak hanya menyerang orang dewasa. Tetapi juga anak-anak dan remaja. Ironisnya lagi, diabetes pada anak sulit dideteksi, sehingga tindakan preventif akan sedikit lebih sulit untuk dilakukan.
Diabetes Melitus tipe 2 tidak memiliki tanda-tanda spesifik dari seorang bayi yang memiliki potensi terkena diabetes ketika menginjak usia dewasa.
Seorang anak baru akan terdeteksi menderita diabetes pada usia 7 tahun ke atas. Hal itu ditandai dengan beberapa gejala yang mirip dengan gejala diare seperti muntah, sering buang air besar, kesadaran menurun (koma), dehidrasi berat, kejang-kejang dan sebagainya. Namun yang membedakan secara spesifik, ditemukan nafas si anak berbau asam (aseton).
Kondisi demikianlah yang membuat orang tua acapkali salah dalam menilai kondisi kesehatan buah hatinya. Akan banyak orangtua melihat gejala yang terjadi pada anaknya sebagai diare berat. Seringkali, anak penderita diabetes dibawa ke rumah sakit dalam keadaan koma.
Perlu langkah-langkah antisipatif menanggapi hal tersebut. Disinilah andil orangtua sangat berperan penting. Diperlukan pemantauan dari kebiasaan makan dan aktivitas fisik anaknya di rumah disamping memperhatikan perkembangan berat badan anak.
Beberapa gejala yang mengindikasikan seorang anak menderita Diabetes Melitus adalah:
- Sering cepat merasa lapar dan haus.
- Intensitas buang air kecilnya makin sering (poliuria)
- Berat badan tidak pernah naik.
Gejala khusus pada anak yang sudah berusia diatas 3-4 tahun :
Jika beberapa gejala diatas ditemui, maka langkah ideal yang dapat diambil oleh orangtua ialah mencoba mengajak anak untuk memeriksakan kadar gula darahnya. Kadar gula darah yang normal pada anak sama dengan kadar gula yang normal bagi orang dewasa yakni berkisar antara 70-110 mg/dl.
Diperlukan perhatian khusus pada orangtua yang memiliki riwayat kesehatan ‘akrab’ dengan diabetes melitus. Potensi penurunan Diabetes Melitus tipe 1 pada anak sangat besar sekali. Dikarenakan oleh terjadinya defisiensi hormon insulin akibat kerusakan sel beta pankreas dalam tubuh orangtua, dengan demikian tidak menutup kemungkinan sang buah hati ikut kekurangan hormon insulin. Namun untuk Diabetes Melitus tipe 1 pada anak dapat mudah dikenali sejak awal.
Pada orangtua yang tidak memiliki riwayat Diabetes Melitus, akan sedikit lebih sulit untuk mendeteksi gejala Diabetes Melitus. Sehingga seringkali sang orangtua lalai menjaga kesehatan anaknya pada kegemukan yang berpotensi terkena Diabetes Melitus tipe 2.
Namun bukan berarti setiap anak yang mengalami kelebihan berat badan atau obesitas memiliki peluang untuk menderita Diabetes Melitus.
Potensi indikasi Diabetes Melitus pada anak dapat semakin besar terjadi pada anak yang mengalami obesitas yang memiliki orangtua diabetes.
Orangtua yang memiliki riwayat Diabetes Melitus dihimbau untuk memberikan perhatian ekstra kepada anaknya agar tidak kegemukan dan memiliki kegiatan fisik untuk menjaga kebugaran tubuhnya meninjau besarnya peluang terkena Diabetes Melitus pada anak-anak kendati terlihat sehat-sehat saja.
Diabetes pada anak dapat dan mengganggu proses tumbuh kembangnya bahkan berujung pada kematian. Anak yang terkena Diabetes Melitus hendaknya menjalani terapi insulin daripada mengkonsumsi obat-obatan. Yang terpenting, anak yang menderita diabetes juga perlu dijaga pola makannya dan olahraga secara teratur.
Akan tetapi, yang seringkali terjadi kalau anak banyak makan dan banyak minum, orang tua menganggap wajar.
Seringkali contoh kasus terjadi pada diabetesein anak yang tiba di rumah sakit dalam keadaan kejang dan kesadaran menurun. Untuk itu penting sekali himbauan pada orangtua untuk melakukan pemeriksaan gula darah pada anaknya
!sumber: klikdokter(dot)com