Apakah ada gigi Anda yang berlubang? Atau malah sudah pernah merasakan sakit gigi, ngilu, nyut-nyutan dan mahkota gigi sudah keropos dan tidak utuh lagi. Lantas tindakan apa yang dilakukan, minum obat, atau tempelkan koyo di pipi, berobat ke dokter gigi atau malah dibiarkan saja hingga rasa sakit hilang dengan sendirinya?
Kalau gigi sudah berlubang besar, apalagi kalau sudah pernah sakit dan mengganggu, sebagian besar orang mungkin akan berpikir masalah akan selesai dengan datang ke dokter gigi dan meminta agar gigi tersebut dicabut saja. Atau jika sudah tidak sakit lagi ya dibiarkan saja, kan tidak ada keluhan apa-apa berarti gigi tersebut sudah sembuh. Namun sebetulnya tidak demikian.
Gigi yang berlubang akan menimbulkan sakit berdenyut kalau sudah mencapai ruang pulpa (lihat gambar di atas) yang isinya adalah jaringan syaraf dan pembuluh darah. Bila tidak dirawat, infeksi bisa menyebar ke jaringan di bawah gigi dan menimbulkan abses. Abses berisi nanah, dan menyebabkan pembengkakan di gusi, atau pada kasus-kasus tertentu abses ini bisa besar sekali hingga pipi menjadi bengkak. Gigi yang sedang sakit dan mengalami abses tidak boleh langsung dicabut karena infeksi yang terjadi sedang dalam fase akut. Rasa sakit dan abses harus diredakan dulu, dengan minum obat antibiotik menurut resep dokter.
Minum obat penghilang rasa sakit yang dapat dibeli dengan mudah di toko obat atau apotik mungkin ampuh untuk mengusir rasa sakit yang menyiksa. Namun tidak menghilangkan infeksi yang terjadi pada gigi penyebab. Suatu saat rasa sakit mungkin akan timbul lagi, selama gigi penyebab tidak dirawat dengan tuntas.
Gigi berlubang yang sudah pernah sakit berdenyut spontan lalu dibiarkan tidak dirawat kemudian rasa sakit itu hilang, besar kemungkinan syaraf gigi sudah mati. Seperti gambar yang terlihat di bawah ini, infeksi gigi sudah mencapai daerah di ujung akar dan menyebabkan abses. Pencabutan adalah pilihan perawatan yang terakhir, jika tindakan konservatif dan preservatif sudah tidak dapat lagi dilakukan.
Cabut Gigi Selesaikan Masalah? Memangnya rugi apa jika ada satu gigi yang hilang karena dicabut, toh masih bisa makan. Senyum juga masih oke, yang hilang kan gigi belakang. Atau akar gigi yang masih tersisa dibiarkan saja, selama tidak sakit dan tidak ada keluhan berarti everything is okay. Demikian pikiran sebagian besar orang. Bagaimana yang sesungguhnya?
Ambil contoh gigi yang dicabut adalah salah satu gigi geraham bawah. Seiring waktu, gigi antagonisnya (gigi geraham atas) dapat turun dan memanjang karena gigi lawannya tidak ada. Gaya kunyah kita menyebabkan gigi cenderung semakin maju seiring dengan bertambahnya usia. Itulah sebabnya posisi gigi tidak selalu tetap, dan mungkin posisi gigi saat kita tua mengalami perubahan bila dibandingkan saat usia muda. Gigi disebelah gigi yang dicabut juga dapat berubah posisi yaitu miring ke arah gigi yang hilang. Awalnya mungkin dampaknya tidak akan terlalu terasa, namun kondisi ini akan mengganggu fungsi kunyah dan pada beberapa kasus yang berat dapat menyebabkan perubahan posisi gigi-gigi lain hingga ketidaknyamanan pada sendi rahang.
Karena ada gigi yang hilang, biasanya mengunyah pada sisi tersebut jadi tak nyaman. Akibatnya mengunyah hanya pada satu sisi saja. Padahal hal tersebut merugikan karena sisi yang tidak dipakai mengunyah justru lebih kotor daripada sisi yang digunakan untuk mengunyah, karena aliran air liur di sisi tersebut lebih sedikit. Pengunyahan akan menstimulasi keluarnya air liur. Keberadaan air liur sangat penting, salah satu fungsinya adalah untuk membilas kotoran dan sisa makanan. Karakteristik orang yang mengunyah satu sisi adalah karang gigi yang terbentuk lebih banyak pada sisi yang tidak digunakan untuk mengunyah.
Perawatan Saluran Akar Lubang gigi yang sudah mencapai pulpa tidak lagi dapat sekedar ditutup dengan bahan tambal. Sebelumnya, harus dilakukan perawatan saluran akar (endodontic treatment, atau root canal treatment). Saluran akar harus dibersihkan agar steril dan bebas dari infeksi kuman. Lalu saluran akar tersebut diisi dengan bahan pengisi saluran akar agar mencegah kontaminasi bakteri.
Gbr. Ilustrasi gigi yang sudah dirawat saluran akar. Saluran akar telah diisi dengan bahan pengisi saluran akar, kemudian gigi harus dibuatkan restorasi
Setelah melewati beberapa hari dan saat pasien datang untuk kontrol tidak ada
keluhan, lubang yang menganga pada gigi tersebut ditutup dengan restorasi. Ada beberapa jenis restorasi yang dapat dipilih, bergantung pada kondisi gigi. Mahkota yang dinding-dinding tegaknya masih utuh dapat dibuatkan tambalan dengan logam tuang yang dikerjakan di laboratorium, atau mahkota tiruan bila sudah banyak jaringan mahkota gigi yang hilang.
Memang perawatan ini memerlukan kesabaran baik dari dokter gigi maupun pasien, karena biasanya penyelesaiannya membutuhkan lebih dari satu kali kunjungan. Biayanya pun tidak kecil. Namun setidaknya dapat memperpanjang usia gigi tersebut berada dalam mulut.
Kesimpulannya, keputusan untuk menjawab pertanyaan yang menjadi judul dari artikel ini ada di tangan Anda
!sumber: klikdokter(dot)com