Sebuah survey baru menemukan bahwa perempuan yang mengalami penyakit jantung dan pembuluh darah atau disebut dalam dunia medis sebagai
penyakit kardiovaskuler memiliki prevalensi lebih tinggi menderita depresi daripada laki-laki. Penelitian yang dilakukan oleh Kate M. Scott, Ph.D. dan Sunny C. D. Collings, Ph.D di New Zealand menemukan bahwa meskipun laki-laki dan perempuan memiliki gangguan fungsional yang sama setelah serangan jantung atau stroke, tetapi perempuan memiliki prevalensi depresi yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki.
Survey yang dilakukan tahun 2012 ini melibatkan 618 orang dengan penyakit jantung dan pembuluh darah, 335 diantaranya perempuan dan 283 sisanya laki-laki. Gangguan mental seperti depresi ditentukan melalui wawancara diagnostik, sementara gangguan fungsional diukur melalui instrumen yang dibentuk oleh WHO. Instrumen bernama Disability Adjustment Schedule ini berisi 36 poin untuk mengukur gangguan dalam enam bidang, yaitu pemahaman dan komunikasi, kemampuan mengurus diri sendiri, mobilitas, interaksi dengan orang lain, aktivitas hidup sehari-hari dan partisipasi dalam masyarakat.
Baik perempuan maupun laki-laki yang mengalami penyakit kardiovaskuler ditemukan memiliki gangguan fungsional yang bermakna, akan tetapi derajat disabilitas atau gangguan tersebut tidak berbeda secara signifikan antara laki-laki dan perempuan. Sayangnya, hal ini tidak serupa dalam hal prevalensi kejadian depresi. Populasi perempuan ditemukan memiliki prevalensi depresi yang lebih tinggi.
Hasil dari survey ini serupa dengan hasil survey yang dilakukan oleh Gallup-Healthways pada tahun yang sama. Sebanyak 353.000 laki-laki dan perempuan Amerika yang berusia 18 tahun ke atas dilibatkan dalam survey tersebut dan ditanyakan apakah mereka mengalami emosi-emosi tertentu pada hari sebelum survey dilakukan. Emosi-emosi tersebut meliputi rasa bahagia, cemas, sedih, stress, marah, dan senang, serta apakah mereka sempat tersenyum atau tertawa
. Berdasarkan respon tersebut, peserta diberikan skor total untuk kesehatan emosional sebagai indikator seberapa baik mereka berfungsi secara emosional. Angka skor yang lebih tinggi mengindikasikan kesehatan mental yang lebih baik.
Perempuan yang telah mengalami serangan jantung sebelumnya, rata-rata memiliki skor 73 dari total skor 100. Skor ini 8 angka lebih rendah dari skor perempuan yang belum mengalami serangan jantung, yaitu skor sejumlah 81. Sedangkan laki-laki yang sebelumnya sudah mengalami serangan jantung memiliki skor kesehatan emosional sejumlah 4 poin lebih rendah daripada laki-laki yang belum mengalami serangan jantung, yaitu 77 dibandingkan 81.
Kedua survey di atas mengindikasikan bahwa populasi perempuan membutuhkan bantuan dan dukungan mental serta sosial yang lebih daripada laki-laki setelah mengalami serangan jantung. Ketersediaan layanan kesehatan yang mendukung hal ini tentunya akan sangat membantu pemulihan pasca serangan jantung.
sumber: klikdokter(dot)com