Apakah Anda termasuk orang yang suka mengkonsumsi camilan saat malam hari? Bila jawabannya adalah ya, maka mulai saat ini sebaiknya Anda berpikir dua kali sebelum membuka sekantong keripik atau mengunyah sebatang coklat. Sebuah penelitian kembali menegaskan bahwa terdapat kemungkinan tubuh kita lebih banyak mengubah makanan menjadi lemak saat malam hari.
Penelitian yang diterbitkan oleh majalah Current Biology bulan lalu menemukan bahwa kemampuan tikus putih dalam mengontrol kadar gula darah berubah-ubah sepanjang hari. Selain itu, mereka juga menemukan apabila terjadi gangguan dalam jam biologis tikus, yang mencakup fase tidur dan bangun, akan menyebabkan mereka menyimpan lebih banyak lemak.
Penemuan baru ini dapat membantu menjelaskan mengapa pekerja dengan jam kerja tidak beraturan atau jadwal shift (shift workers) mempunyai resiko lebih besar terhadap diabetes dan obesitas. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa karyawan dengan jadwal kerja shift mengalami kenaikan berat badan yang lebih besar daripada karyawan pada umumnya dan memiliki kemungkinan lebih besar terkena diabetes.
Carl Johnson, salah satu penulis penellitian di atas yang berasal dari Vanderbilt University mengatakan bahwa perubahan jam biologis dapat mengakibatkan gangguan metabolisme. Gangguan ini menyebabkan adanya kecenderungan tubuh untuk menyimpan lemak meskipun jumlah kalori atau jenis makanan yang dikonsumsi sama dengan di pagi atau siang hari. Beliau lebih lanjut mengatakan bahwa yang penting diperhatikan bukan saja apa yang kita makan, tetapi kapan kita makan.
Penelitian-penelitian sebelum ini menunjukkan bahwa pada populasi tikus (hewan malam atau nokturnal) akan terjadi kenaikan lemak yang lebih besar apabila mereka makan di pagi hari, meskipun jumlah kalori yang dimakan sama. Untuk lebih memahami tentang hal ini, Johhnson dan tim menguji bagaimana tubuh tikus memproses makanan selama siklus 24 jam
. Hormon insulin berfungsi membantu gula dalam darah untuk masuk ke dalam sel tubuh sehingga dapat digunakan sebagai energi. Saat masih terdapat sinar matahari, dimana normalnya tikus tidak makan, reaksi tubuh mereka terhadap hormon insulin kurang responsif. Kemudian, diduga bahwa kandungan gula yang tidak berubah menjadi energi akan diubah menjadi lemak.
Selain itu,ketika para peneliti mengganggu jam biologis tikus dengan menempatkan mereka di cahaya merah redup sepanjang hari, maka populasi tikus tersebut mengalami tanda-tanda resistensi insulin. Hal ini berarti jaringan tubuh mereka tidak bereaksi terhadap sinyal insulin untuk mengambil gula yang terkandung dalam darah, sehingga mereka semakin gendut. Pada manusia, resistensi insulin juga dihubungkan dengan diabetes dan penyakit jantung.
Penemuan ini menunjukkan bahwa mengkonsumsi makanan atau camilan di malam hari dapat berefek buruk bagi manusia dibandingkan mengkonsumsi makanan yang sama pada siang hari.
Satchinanda Panda, seorang ahli biologi dari Salk Institute di La Jolla, California, Amerika Serikat menyatakan bahwa hasil penelitian ini sangat menarik. Beliau tidak terlibat dalam penelitian ini, akan tetapi beliau mengatakan penelitian ini merupakan salah satu penelitian yang pertama kali menyimpulkan adanya ritme sirkadian atau jam biologis dari sifat sensitifitas insulin pada hewan. Beliau menambahkan bahwa tidak mustahil hal yang sama terjadi pada manusia.
Karena penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa manusia memiliki ritme harian dalam kadar gula darah mereka, tidak mengejutkan apabila sensitivitas insulin pun meningkat dan menurun sepanjang hari.
sumber: klikdokter(dot)com